Barangkali anda baru kali ini mendengar nama Masjid Al-Muhajirin di Kota Bekasi, tapi masjid yang satu ini beda lho dengan masjid pada umumnya karena menjadi saksi sejarah dari perjuangan aktivis islam di masa lalu dalam melawan penjajah. Anda bisa menemukan masjid ini di daerah Pasar Proyek, Bekasi Kota, Jawa Barat. Masjid ini dahulu digunakan sebagai pusat pertahanan pemuda-pemuda islam di Bekasi yang menjadi pendukung perjuangan K.H. Noer Ali.
Di hari-hari biasa, tidak terlihat ada aktivitas yang mencolok di masjid ini dan hanya beberapa orang saja yang seringkali duduk-duduk di depan teras sambil bersantai sejenak dari siang hari yang panas. Saat anda duduk di lantai Masjid Al-Muhajirin yang terbuat dari marmer, rasa lelah anda akan sirna karena lantai di sini berhawa dingin apalagi kalau ada angin sepoi-sepoi yang sejuk.
Dilihat sepintas pasti anda tidak akan melihat ada yang istimewa dari masjid ini, luasnya juga tidak begitu besar dan halamannya Cuma cukup memuat beberapa motor yang diparkir. Tapi ada sesuatu yang istimewa di sini yang hanya segelintir orang saja yang pernah mengalaminya dulu.
Di masa lalu, masjid ini bernama masjid muhajirin dan sudah ada sejak lama sebelum Indonesia merdeka. Masjid ini dahulu dijadikan basis perjuangan pemuda islam saat Indonesia dijajah Belanda dan jepang. Di masjid inilah para pemuda bekasi di masa lalu berdiskusi dan bertukar ilmu pengetahuan, merencanakan perlawanan dan belajar ilmu agama dari para ulama di sini. Dengan letaknya yang tidak jauh dari pusat perekonomian membuat tempat ini bisa diakses dari semua penjuru Bekasi. Kebanyakan para pemuda di masa itu menyamar menjadi pedagang agar keberadaannya tidak dicurigai oleh penjajah.
Aktivitas di masjid ini tidak pernah luput dari pantauan tentara Belanda yang bermarkas tidak jauh dari lokasi masjid tepatnya di Gedung papak.
Menurut seorang sejarawan, “masjid ini biasanya dijadikan tempat berkumpul para pemuda dari berbagai wilayah di Kota Bekasi untuk mendiskusikan langkah-langkah perlawanan sekaligus untuk berbelanja di pasar, “ kata El Fath.
Menurut beliau, masjid memang sering dijadikan basis pergerakan di jaman perjuangan karena dahulu masyarakat kota Bekasi dikenal sebagai masyarakat yang agamanya kuat dan berbudaya agamis. Selian itu, di Bekasi dulu banyak terdapat pemimpin pergerakan yang pada hakekatnya seorang ulama misalnya K.H. Noer Ali yang memipin Ponpes At-Taqwa, juga ada K.H. Muhajirin yang memimpin ponpes An-Nida, K.H. Mochtar Tabrani pemimpin ponpes Annur dan masih banyak lagi.
Siapapun tidak bisa memisahkan Bekasi dengan peran para ulama, pesantren dan masjid yang banyak mewarnai kisah perjuangan para pendahulu kita di Kota Bekasi. Dengan menyadari keterkaitan ini, pemerintah di masa kini seharusnya mampu untuk membuat rekonstruksi sejarah agar generasi yang akan datang di kota Bekasi tetap mengenal para pendahulunya.
Masjid Al-Muhajirin dulu pernah direnovasi di tahun 1994 dan namanya dirubah menjadi Madjid Al-Arief dan peresmiannya langsung dilakukan pada tanggal 15 Desember 1994 oleh Wakil Bupati DT II.
Kini jika anda tidak diberitahu oleh teman atau membaca literature sejarah di banyak media, sudah pasti anda dan generasi masa kini tidak akan tahu sama sekali kiprah masjid ini dalam perjuangan masa lalu. Hanya melalui kabar dari mulut ke mulut saja orang bisa tahu sejarah masjid ini. Jika anda ingin mengunjungi Masjid Al-Muhajirin alamat lengkapnya ada di Jl. IR. H. Juanda, Bekasi Tim., Bekasi, Jawa Barat 17113.